Negara
Thailand mempunyai system demokrasi sebagai system pemerintahan yang mengatur
kebijakan negara, tetapi yang anehnya di Lembaga Militer Thailand seringkali
menjadikan sebagai alat Kudeta pemerintah, oleh karena ada intervensi dari
militer kuat dan jumlah aparat tertinggi dalam Militer di peringkat Kolonel
pada tahun 2014 jumlah maksimal 1092 pangkat, peningkatan yang tinggi
dibandingkan pada tahun sebelumnya 46% . Namun, pada periode PM Yenglach
Chinawatre jumlah pangkat kolonel hanya 861 pangkatnya. Kudeta yang dilakukan
oleh Jenderal Surayut Pimpinan Tertinggi AD, jumlah yang begitu banyak munkin
menjadi sebagai alasan kudeta. Yang lebih anehkan lagi di negara ini mempunyai
Dewan Perwakilan Provinsi (DPP) dalam Lembaga Legislatif Majelis Permusyawahan
Rakyat (MPR) mewakili sebanyak total 150 kursi, 70 langsung di pilih oleh
rakyat dan 80 kursi dari pengesahan Raja, sementara itu dari kalangan tersebut
80 kursi banyak dari kalangat aparat militer tertinggi di pangkat Kolonel
ataupun Mantan Jenderal.
Ini menunjukan
bahwa system otoriter merajarela dan menghantui negara ini sejak purbakala,
malahan kekuasaan dan kekerasan tidak lagi aneh dalam menyelesaian sesuatau
masalah. Demokrasi sebenarnya di negeri ini sebagai topeng penipuan masyarakat
sipil. Demikian itulah terlebarnya konflik di kawasan tiga provinsi selatan
Thailand dan masih banyak lagi sebagai mangsa korban konflik serta pembunuhan
(suara Gua yang Merindu Keadialn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar